Transfer Luis Figo yang Panaskan Sejarah El Clasico

Transfer Kontroversial Luis Figo yang Panaskan Sejarah El Clasico
Transfer Luis Figo yang Panaskan Sejarah El Clasico

PKVSLOT Transfer Luis Figo yang Panaskan Sejarah El Clasico Luis Figo di anggap sebagai salah satu judas terbesar dalam sejarah El Clasico Barcelona versus Real Madrid. Transfer ke Madrid secara langsung pada Juli 2000 silam, membuat Figo mendadak jadi musuh besar Barcelona.

Status judas sebenarnya begitu ironis kala di sandang Figo. Sebab, dia sempat menjadi idola publik Catalunya pada medio 1995 hingga pertengahan 2000.

Namun, pemilu Presiden Madrid di periode 2000 mengubah cerita. Dari pemilu itu, Figo pada akhirnya berpaling dari Barcelona, membuatnya di anggap sebagai musuh terbesar sepanjang sejarah.

Pada 1995, Figo sejatinya menjadi properti panas di Eropa. Saat itu, dia masih bermain buat Sporting Lisbon. Performanya sebagai pemain muda, saat itu di gadang-gadang akan mendongkraknya sebagai salah satu bintang terbesar dunia pada era tersebut.

Juventus dan Parma sempat berebut demi mendatangkan Figo pada 1995. Namun, karena adanya skandal, ketika Figo menandatangani dua kontrak sekaligus di Juventus dan Parma, sanksi datang. Figo di larang untuk main di Italia kala itu selama dua tahun.

Barcelona memanfaatkan kondisi ini. Mereka pada akhirnya bisa mendatangkan Figo dengan nilai transfer yang terbilang murah saat itu, 2,25 juta poundsterling.

“Klub yang besar, bisa memenuhi impian saya, yaitu memenangkan gelar. Apalagi, tim itu di pimpin Johan Cruyff dan menjadi impian dari semua orang. Jadi, saya ambil kesempatan tersebut,” kata Figo dalam dokumenter NetFlix berjudul The Figo Affair: The Transfer that Changed Football.

Bersama Azulgrana, Figo mereguk kesuksesan. Dia sukses meraih dua trofi LaLiga, satu mahkota Piala Winners UEFA, hingga dua gelar Copa del Rey. Bahkan, Figo sempat meraih Ballon d’Or atas prestasinya bersama Barcelona di 2000 silam.

“Nilai-nilai di klub sangat cocok dengan saya. Maka dari itu, saya merasa mau melakukan apa saja untuk klub. Semua terasa sempurna, saya senang sebagai seorang pemain muda. Saya bahagia kala itu,” ujar Figo.

1. Kekecewaan di balik kecintaan Figo

Tapi, di balik kebahagiaan Figo, ternyata terselip sebuah kekecewaan. Dia menilai manajemen klub tak memperlakukannya bersama rekan-rekan di Barcelona dengan baik.

Figo kecewa karena kerja kerasnya tak di akui. Sebuah kalimat bersayap, apakah memang itu meminta kenaikan gaji atau bukan.

Situasi tersebut membuat spekulasi transfernya menjadi panas. Dalam wawancara di beberapa media, pria Portugal itu berharap masalah bisa di selesaikan olehnya dan manajemen Barcelona.

“Bagi saya, kerja keras dalam sepak bola harus di hargai. Saya merasa suporter menghargai kerja keras pemain dengan baik. Sayangnya, ada beberapa orang di manajemen tak demikian,” ujar Figo.

Momennya begitu bersamaan dengan pemilihan Presiden Madrid pada pertengahan 2000 silam. Saat itu pula, kampanye pemilihan Presiden Madrid di gelar dan Florentino Perez mencalonkan diri, menyaingi Lorenzo Sanz yang mau maju lagi.

Perez kala itu sangat di remehkan. Dia tak di kenal siapapun. Bahkan, kapten Madrid saat itu, Fernando Hierro, terang-terangan tak mengenal Perez.

Tapi, hal itu tak membuat Perez berkecil hati. Dia berbicara dengan sejumlah orang, termasuk jurnalis kawakan di Madrid. Perez mengumbar idenya untuk membangun Los Blancos dalam proyek besar bertajuk Los Galacticos, mengembalikannya sebagai tim penuh bintang.

Lalu, Perez menemui Jorge Valdano dan meminta pendapatnya tentang Figo. Dia menjelaskan niatnya untuk membajak Figo.

2. Perez sempat di tertawakan

Operasi itu akhirnya di lancarkan. Perez menghubungi legenda Portugal, yang merupakan idola Figo, Paulo Futre. Saat itu, Futre juga bingung dan tak kenal Perez.

“Pertama kalinya saya dengar nama itu. Pria ini sedang mencalonkan diri menjadi Presiden Madrid. Tapi, dia mau maju kalau Figo datang ke Madrid. Ini pasti lelucon, tak mungkin. Apalagi harganya 60 juta euro saat itu, termahal. Siapa mau bayar? Katanya ‘tenang saja’. Akhirnya saya hubungi Jose Veiga, teman baik yang agen Figo,” ujar Futre.

Futre saat itu di tertawakan pula oleh Veiga. Dia merasa Futre berkhayal karena ada calon Presiden Madrid yang mau membajak Figo secara langsung dari Barcelona.

Lalu, Futre menjelaskan kalau Perez berani bayar mahal, serta memenuhi komisi yang di minta oleh Futre. Veiga sempat kesal karena Futre terus memaksanya dan masih belum percaya dengan niatan Perez. Hingga akhirnya, Veiga percaya dan titik balik transfer Figo tercipta.

Beberapa hari kemudian, Perez, Veiga, dan Futre, bertemu. Perez menjelaskan niatannya. Dari sini, Veiga mulai percaya dan merasa niat Perez benar-benar murni.

Tapi, Veiga masih menilai misi tersebut sulit di wujudkan karena Figo adalah pemain Barcelona.

Dengan cepat, Veiga mencoba peruntungannya. Dia mengunjungi Figo di kamp Portugal jelang Euro 2000. Hal itu jadi berita besar, karena jurnalis mengendus Figo sudah tak betah di Barcelona.

“Ada orang yang tak di kenal, ingin saya bergabung dengan Madrid jika menang pemilu. Semua di jelaskan Veiga dan saya bilang kepadanya, ‘Kau gila?’ Saya tak percaya karena dia saja belum menang, bagaimana mungkin. Musim yang aneh, saya tak percaya. Apalagi, itu juga jadi momen pemilihan Presiden Barcelona,” kata Figo.

Saat itu pula, Figo sudah tahu berapa nilai transfer dan gajinya di Madrid. Dia mengakui sangat menggiurkan karena mencapai empat kali lipat ketimbang yang di terimanya di Barcelona.

3. Negosiasi alot, sampai jadi alat kampanye Perez

Tarik ulur mulai terjadi. Figo meminta kepada Veiga agar bernegosiasi dengan manajemen Barcelona untuk memperbarui kontraknya. Namun, negosiasi berlangsung alot.

Veiga mengakui kepada Joan Gaspart, yang menjadi Wakil Presiden Barcelona saat itu, kalau Figo dapat tawaran menarik dari klub lain, tanpa menyebutkannya. Kemudian, Veiga mendapat penolakan dari Gaspart. Bahkan, Gaspart tak percaya ada klub yang bisa menebus Figo.

Akhirnya, Veiga menelepon Figo, menjelaskan situasinya. Figo mengakui, Gaspart seperti tak menghargainya.

“Saya berharap agak lebih hangat responsnya. Itu bukan yang saya harapkan, setidaknya ada pengakuan. Saya merasa kesal. Dia mengira saya menggertak. Jadi, semua ini dimulai ketika saya kesal,” ujar Figo.

Proses berjalan, di sisi lain perjalanan Portugal di Euro 2000 sudah selesai karena tersingkir usai kalah dari Prancis pada semifinal. Figo jadi buruan media saat itu, karena saga transfernya menjadi semakin liar.

Skenario memburuk 11 hari sebelum pemilu Madrid. El Larguero, lewat salah satu jurnalisnya, Jose Ramon De La Morena, mengetahui isu tersebut. Jose kemudian menghubungi Perez, karena sudah kenal dekat. Perez mengakuinya dan kabar ini mulai diangkat ke media.

Perez sempat tak setuju. Dia khawatir akan jadi bahan tertawaan dan banyak orang yang tak percaya dengannya. Memang benar, banyak yang menertawakannya. Bahkan, itu digunakan Sanz untuk menyerang balik Perez di masa kampanye. Menariknya, Perez malah mulai menggunakan isu Figo hingga akhirnya menang pemilu Madrid.

4. Drama yang pelik, hingga akhirnya Figo merapat

Usai menang, Figo belum datang. Media mulai menyerang Perez dan tajuknya beragam, dari ingkar janji hingga lainnya. Perez kemudian menghubungi Veiga.

Dia mengingatkan, sejatinya sudah ada tanda tangan yang dibubuhkan di atas kontrak. Memang, sudah sempat ada tanda tangan, tapi ternyata bukan Figo yang menandatanganinya.

“Itu tanda tangan saya. Benar, bukan Figo. Dia tak melihat kontrak itu sama sekali,” kata Veiga.

SLOTGACOR Ada sebuah kesamaan dalam pengakuan Veiga dengan Figo. Bahkan, Perez mengakuinya Tapi, saat bersamaan Figo tak mengakui memberikan izin kepada Veiga untuk menandatangani prakontrak, hanya berbicara. Kejadiannya, Veiga malah membubuhkan tanda tangannya di dokumen prakontrak itu.

“Saya membacakan kontraknya kepada Luis. Lalu saya tanya, ‘apakah boleh menandatanganinya?’. Lalu, Luis menyetujuinya. Jadi saya lakukan, karena tak mungkin melakukannya tanpa persetujuan dia,” ujar Veiga.

“Itu memang kontrak saya dengan Veiga, bukan Figo. Bahkan, Figo tak melihat kontraknya,” timpal Perez.

Kepindahan Figo baru terjadi beberapa hari setelah kekacauan muncul. Itu juga terwujud usai Veiga bersama Futre mengunjunginya di Sardinia.

Terjadi perdebatan saat itu. Figo masih mau bertahan di Barcelona karena sudah sangat mencintainya. Hingga akhirnya, Figo dibujuk untuk melakukan pertemuan rahasia dengan Perez di Lisbon.

Di sanalah, Perez mulai menjelaskan proyeknya kepada Figo. Penjelasan Perez akhirnya meyakinkan Figo untuk menyeberang langsung ke Madrid. Dari situ pula, Perez mengakui tak mau penalti 30 juta euro dibayarkan, hanya ingin Figo gabung.

“Saya jelaskan, statusnya adalah landasan untuk membangun proyek skuad terbaik sesuai dengan sejarah Madrid yang luar biasa,” ujar Perez.

“Aku hanya ingin bermain di mana bisa dihargai. Itulah yang membuat saya yakin gabung Madrid. Mereka begitu menghargai dan meyakinkan saya gabung. Akhirnya saya memikirkan diri sendiri. Ada saatnya kita harus seperti itu,” timpal Luis.

Akhirnya, Figo cabut dari Barcelona dan berseragam Madrid. Suporter melabelinya dengan label Judas. Tapi, kedatangan Figo mengubah transfer sepak bola.

Karenanya, Madrid jadi jor-joran beli pemain. Figo merupakan Los Galacticos pertama Madrid, dan selanjutnya Zinedine Zidane, Ronaldo, hingga David Beckham datang.

SUMO99

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *